Jakarta 2008
>> Sabtu, 03 Oktober 2009
TEMU PENDENGAR DW 2008
( Monitor 54 dan Lim Kwet Hian )
Temu Pendengar Deutsche Welle hari Sabtu 22 Nopember 2008 diawali dengan acara makan siang di ruang Lagoon, Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan dihadiri antara 130150 pendengar. Dari DW hadir selain ibu Newel dari Urusan AsiaPacific[?] yang hadir belakangan, Kasi ibu Sybille GolteSchröder, Wakasi pak Hendra Pasuhuk, mbak Edith Kusumawiria, mas Yuniman Farid, mbak Zipora Robina, dan 2 mbak lagi yang lagi magang [kalau tidak salah suaranya mengudara di Halo Pendengar 16 Nopember 2008].
Acara ini juga merupakan ajang reuni bagi para swl jadul, mulai dari pak Subiyanto, guru Eddy Setiawan dan grup Matramannya, pak Herbert Sunu Budihardjo, pak Dwi Budhi Rahardjo, mas Sukirno, mas Aji Sukardi, pak Moh. Guntur Dahlan, pak Sugeng Santoso, pak Lim Kwet Hian, mas Hendrik KN, mas Beno, ceu Titin Kurniatin sampai newcomer seperti grup Koper DW yang menurut guru muncul seiring dengan pengudaran siaran DW melalui radioradio mitra DW, misal di Jakarta Radio Namlapanha 89.2 FM [Green Radio]. Setelah lunch, acara dimulai jam 0625 UTC di ruang ASEAN dengan pembukaan oleh mas Yuniman Farid, dilanjutkan oleh ibu Sybille membaca naskah berbahasa Indonesia dengan pengucapan yang sering mengundang gelak tawa dan tepuk tangan, kemudian pak Hendra Pasuhuk. Sebelum Tanya Jawab, pak Untara Hadi diberi kesempatan untuk memperagakan antenna yang menurutnya bisa meningkatkan daya tangkap siaran sw. Menurut pak Untara, beliau sendiri hanya memakai receiver jenis compo. Poinpoin pertanyaan tertentu dalam sesi Tanya Jawab ditanggapi langsung oleh pak Hendra Pasuhuk.
Foto dalam artikel ini adalah kiriman dari rekan Hendrik Kopong Nuba adonar4ever@yahoo.com tanggal 26 November 2008, pada tubuh emailnya, beliau menulis sebagai berikut :
Halo Bung Jay!
Apa kabar anda dan teman2 di lombok?
Semga anda dan keluarga baik2 saja, demikian pula kegiatan harian dan urusan klub berjalan lancar. Aku sempat mengikuti Temu Pendengar Deutche Welle (TPDW) 2008, dan ini aku kirimkan 2 lembar foto bersama rekanrekan pendengar dan salah satu penyiar DW mbak Putu Zipora Robina Laporan lengkap acara tersebut dapat Anda lihat di M54 edisi 80/VII yg tentunya sudah anda terima bukan? Sedikit tambahan saja, selain staff dari DW yg disebut dalam M54, juga hadir koresponden DW di Indonesia, Mas Zaki. Sedangkan hadiah utama berupa radio Grundiq YB80 dimenangkan oleh rekan Aries Triyanto dari Bekasi. Trims buat Pak Ton (maaf, tadi aku telp, kata ibu sedang di atas...) dan juga buat Mas Beno atas kiriman fotonya. Aku sendiri tidak membawa tustel, sementara hpnya juga masih jadul jadi tidak bisa membuat foto sendiri. Ntar kalo ada foto lain yang aku terima dari teman2 lain, akan aku kirimkan juga ke Lombok .
Trims dan sampai jumpa.
Regards,
/Hendrik Kopong Nuba
+6281384841964
+622132442117
Kemudian melalui M54 Edisi 81 tanggal 26 November 2008, masih ada tulisan yang berkenaan dengan Temu Pendengar DW :
Yang tercecer dari TP Deutsche Welle hari Minggu 22/11 kemarin, namun perlu juga untuk dicari solusinya adalah masalah pengiriman tanda mata atau bahan cetakan dari Jerman yang terlambat atau bahkan tidak sampai ke alamat semestinya. Saya sendiri yang berdomisili di kota Depok – alhamdulillah – sampai saat ini belum pernah mengalami kekecewaan atas pelayanan Kantor Pos Depok. Justru dengan alamat PO Box 2380 JKP Jakarta 10023, kiriman CD player bercap pos 26.11.98 Köln saya terima baru pada awal Juli 1999 [ lebih ½ tahun kemudian ] walau dalam keadaan baik. Dalam surat balasan bertanggal 9.7.1999 atas pemberitahuan saya, pak Johannes Rumpf dari Technische Beratung DW antara lain menulis “Half a year sounds like a new negative record”. Menurut pendapat saya, apapun masalahnya agar diberitahukan segera dan dengan jelas ke DW. Mungkin contoh yang bagus adalah kiriman untuk rekan Hindun dari DW seksi Inggris sampai dengan selamat, namun dengan alamat yang sama kiriman dari seksi Indonesia justru gagal. Alternatif lain adalah dengan memakai alamat lain, misalnya alamat keluarga/kenalan di kota yang administratif lebih besar, walaupun itu tidak menjadi jaminan melihat kasus kiriman untuk saya tadi. Mungkin DW bisa memanfaatkan hubungan dengan radioradio mitra demi pendengarpendengar setianya; gimana mas Yuniman? TA
0 komentar:
Posting Komentar