Rekaman Lensa

>> Minggu, 11 Oktober 2009


DIBALIK ALBUM DX

Senangnya rasa hati ketika dapat berjumpa dengan orang yang sudah lama dikenal tetapi belum pernah bertemu sebelumnya, atau sudah lama sekali tidak bertemu. Sepereti halnya penyiar radio luar negeri yang suaranya kita dengar atau bahkan kita akrabi sehari-hari, tetapi kemungkinan untuk bertemu sangat langka sekali. Beliau sesekali dating ke Indonesia atas tugas dari stasiun radio sendiri, atau atas undangan panitia Temu Pendengar atau bahkan dalam rangka perjalanan pribadi.
Dalam album fhoto kami muat deretan miniature untuk mengabadikan pertemuan berkesan sehubungan dengan hobi mendengarkan siaran radio luar negeri para DX-ers. Fhoto-fhoto ini dikirimkan oleh sahabat sehobi MAPEM Club di Nusantara. Berikut uraian singkat dari fhoto maupun latar belakang pengirim fhoto maupun klub pendengar penyelenggara pertemuan.

Klub Langkara
Klub Langkara muncul ke belantara pendengar Indonesia dan mancanegara pada tanggal 27 Oktober 1994. Sebuah wajah baru yang katanya bakal mewakili pendengar dari Kawasan Indonesia Timur (KTI). Aktifitas rutin Klub Langkara dipublikasikan melalui cetakan intern yang diberi nama Buletin Suara Langkara (BSL) sejak Januari 1995. Edisi perdana BSL telah berhasil mengundang beberapa komentar dari pendengar dan radio mancanegara, sehingga dijadikan masukan untuk perbaikan BSL selanjutnya.
Klub yang diketuai oleh Hasannudin Latif, Sekretaris Amiruddin dan Bendahara Ishak ini terus menggema pada zamannya, sehingga mengundang beberapa penyiar yang menmyempatkan diri bertemu dengan pengurus dan anggota Klub Langkara, seperti Roslinda Rahmat dari Radio Singapura International bulan Agustus 1995.
Puncak kegiatan diadakan ketika diadakan Jumpa Pendengar dalam rangka ulang tahun pertama Langkara pada Oktober 1995, bertepatan dengan penerbitan BSL edisi ke-10.
Rupanya itu memang benar-benar puncak aktifitas Langkara, karena setelahnya Langkar mulai vakum. Aktifitas pendengar di Makassar nyaris tak terdengar lagi. Berbagai kendala yang dihadapi menyebabkan BSL tak dapat lagi diterbitkan, sampai akhirnya muncul edisi ke-11 pada bulan September 1996. Akhirnya edisi yang terakhir saya terima adalah edisi dalam rangka ulang tahun Langkara yang kedua, Nopember 1996. Setalah itu Langkara bagaikan hilang ditelan bumi.

Radio Listeners Club (RLC) Koordinator Ujung Pandang
Radio Listenrs Club adalah klub pendengar radio yang kesohor sejak 1980-an. Rasanya kala itu, tak ada stasiun RLN yang tidak mengenal nama RLCI, dan bahkan nama-nama personil RLC mendominasi diberbagai stasiun RLN. Selain memiliki pengurus pusat yang berpindah-pindah dari satu provinsi ke provinsi lainnya di Jawa, RLC juga membentuk pengurus-pengurus coordinator di masing-masing provinsi, dan salah satunya adalah Koordinator Ujung Pandang (Makassar, red) yang diketuai oleh Sdr. Abdul Waris.
Menelusuri Kehadiran RLCI di Makassar (Buletin SIAR edisi 02/I/1996)

Rentang waktu tahun 1980-an, sejumlah nama yang berasal dari Makassar dan sekitarnya cukup popular mengudara di stasiun RLN, dinataranya Emmy Loudue, Alwi Hassan, Nur Jalil Sultan, Makmur Lestari, Moh. Yahya Arafat, Henry Theo Katuuk, Anwar Musa, Iskandar Zulkarnain serta sejumlah nama lainnya. Aktifitas rutin para DXers di Makassar mengetahui informasi akan adanya semacam wadah menghimpun para pendengar rln, belakangan diketahui bernama Radio Listeners Club Indonesia (RLCI).
Satu persatu pendengar di Makassar mendaftarkan diri menjadi anggota melalui coordinator RLCI kala itu yang berada di Jakarta, Batang dan Ende. Ketika jumlah pendengar sudah mulai bertambah, dinatara mereka kemudian berinisiatif membentuk coordinator Makassar dan sekitarnya, sekitar bulan Agustus 1985.

September 1995 diadakan pertemuan di rumah salah seorang pendengar senior Henry Runtulalo, dan disepakati untuk membentuk RLCI Koordinator Ujung Pandang, dengan Ketua Muh. Yahya Arafat, Sekretaris Henry Runtulalo dan Bendahara Alwi Hasan. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota RLCI Koordintor Ujung Pandang adalah Pertemuan Lokal (Perlok) tiga bulan sekali, melakukan anjangsana ke RRI Nusantara IV Ujung Pandang untuk memperkenalkan RLCI Koordinator Ujung Pandang kepala Kepala Stasiun RRI yang waktu itu dijabat oleh Andi Nyongki, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Setelah berlengsung dua tahun, diadakanlah pemilihan pengurus coordinator untuk periode kedua lewat pertemuan lokal di Pantai Barombong pada 8 Oktober 1986. kali ini cukup banyak anggota dan simpatisan  yang menghadiri perlok dan berhasil membentuk kepengurusan baru yang diketuai oleh Moh. Yahya Arafat, Sekretaris Alwy Hasan dan bendahara Emmy Loudoe. Pengurus periode ini pernah melakukan perlok di Pemandian Alam Bantimurung dan Benteng Rotterdam serta sempat melakukan berbagai pertemuan dengan penyiar rln yang berkunjung ke Makassar seperti dari NHK, dari Nederland dan dari Australia.
Pada perlok di Benteng Rotterdam kembali dilakukan pemilihan pengurus untuk periode ketiga, dan terpilihlah nama-nama Alwy Hasan sebagai Ketua, Nur Jalil Sultan Sekretaris dan Iskandar Zulkarnain Bendahara. Berbagai kegiatan dilakukan pada periode ini seperti masih rutinnya pertemuan lokal, mengunjungi obyek wisata Pulau Samalona dan sebagainya. Selanjutnya RLCI Koordinator Ujung Pandang mengalami kondisi 'tidur' panjang.
Pengurus dan anggota RLCI Ujung Pandang periode awal masih didominasi pendengar yang berstatus mahasiswa, sehingga waktu luang untuk dapat berkumpul antar sesame pendengar masih cukup panjang. Namun setelah selesai kuliah dan banyak dari mereka kembali ke daerah asal atau ke daerah lain mencari penghidupan, maka praktis selama beberapa tahun kegiatan RLCI Ujung Pandang terhenti.
Jeda beberapa tahun, nafas kegiatan RLCI Ujung Pandang mulau berdenyut kembali. Pengurus dan anggota mulai mengambil inisistif, sampai diadakan pemilihan pengurus untuk periode keempat, dalam perloka yang berlangsung di Pulau Kayangan bulan Juli 1995. Alwy Hasan kembali tepilih sebagai ketua, sedangkan sekretaris dan bendahara masing-masing dipilih Abdul Waris dan Iskandar Zulkarnain. Periode ini seperti biasa akti melakukan pertemuan local, pertemuan pengurus dan satu langkah yang baik yaitu menerbitkan media informasi dan komunikasi yang diberi nama SIAR (Sarana Informasi Antar pendengar Radio).
Cukup banyak kegiatan yang dilakukan pada periode ini (1995-1996), selain karena semakin banyaknya pendengar yang bergabung menjadi anggota dan simpatisan. Tetapi pada akhirnya, di tahun itu juga ternyata menjadi tahun-tahun terakhir keaktifan RLCI. Kendala yang timbul pada pengrus pusat di Surabaya menyebabkan kegiatan RLCI berjalan sendiri-sendiri untuk masing-masing koordinator. Selain itu penyebab mundurnya RLC juga disebabkan karena kurag aktifnya anggota, sehingga lambat laun nama RLCI seakan menghilang dari udara.

Oktober 1996 Bersama Asbari Nurpatria Krisna dari RANESI
Asbari Nurpatria Krisna namanya yang sangat begitu kondang di telinga pendengar, lebih-lebih bagi mereka yang tertarik dengan acara-acara DX, karena Bung Asbari (begitu beliau biasa dipanggil) adalah spesialisasi membawakan acara DX Komunikasi Radio Nederland dalam kurun waktu yang cukup lama. Bukan hanya itu, dalam kurun waktu yang lama juga Mr. Asbari telah memberikan sumbangan besar buat Radio Nederland Seksi Indonesia, maka tak heran jika memiliki tugas yang tidak ringan.
Karena kecintaan beliau terhadap Radio Nederland dan kerinduan kepada para pendengar, kerap kali Mr. Asbari berkunjung ke Indonesia. Seperi pribahasa sambil menyelam minum air, maka kedatangan beliau ke Indonesia selain untuk mewawancarai berbagai nara sumber untuk pembuatan acara documenter Ranesi, eliau juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para pendengarnya di setiap kota yang dikunjungi.

Pada bulan Oktober 1996, beliau disambut antusias oleh para pendengar di Jakarta dan Makassar (karena dua kota ini menjadi bagian kunjungan Mr. Asbari kala itu). Lihatlah wajah-wajah ceria dalam foto bersama pendengar di Jakarta. Nampak pendengar-pendengar yang sudah tidak asing lagi bagi kita yang tergabung dalam Radio Listeners Club Indonesia. Duduk depan : Soehartono Ashar – Biro Jakarta, Priba S. Misbach, dan Aloysius HM. Duduk tengah : Yetty Listri Didi Yasri – Jakarta, Titin Kurniatin – Jakarta, Parwati – Bandung, Lily + Jovita (Keluarga Beno) – Jakarta dan Elyza L. Hamhar – Palembang. Berdiri tengah : Bang Asbari, Herbert Sunu Budihardjo, Suriansyah, Aries Subagyo, Heri, Sukirno, Cece Suhendi dan Eddy Setiawan (Bos Always Group Jakarta). Berdiri belakang : Wong Kertonegoro, Didi Yasri dan Erenst Meiki Rorong (Fhoto kiriman Aloysius HM. – Jember).
Sampai di Makassar, tak kalah antusiasnya pendengar-pendengar rln disana menantikan kehadiran Bung Asbari. Berikut suasananya yang ditulis oleh Hasanudin Latif melalui Buletin Suara Langkara.
Pendengar kota Daeng (jukuan untuk Makassar, red) cemas dan kalang kabut menanti Mr. DX-K (DX Komunikasi, red) Ranesi. Pasalnya, setelah bung Asbari walapun pendengar sudah tahu bahwa Mr. DX-K sudah tiba di makassar pada tanggal 23 Oktober 1996, tetapi receptionis selalu mengatakan keluar jika ditanya. Daeng Langkara (Hasanudin Latif, red) yang diberitahu melalui telepon oleh Mr. DX-K berusaha menghubungi teman-teman via telepon untuk ketemu Bung Asbari esok malamnya di Marannu Tower, kamar 1210. Pagi hari Daeng Langkara menghubungi Marannu Tower, tetapi Bung Asbari sudah tidak ada di tempat, dan terakhir diketahui bahwa saat itu Bung Asbari sedang mengudara di Radio Al-Ikhwan FM. Dari situ diketahui bahwa tujuan Bung Asbari ke Indonesia dalam rangka mencari informasi radio-radio FM di kota-kota Jakarta, Pontianak, Manadao, Makassar dan Bandung untuk diajak bekerjasama sebagai stasiun mitra.
Malam harinya pertemuan berlangsung, ketika daeng Langkara memasuki hotel Marannu Tower, disana sudah hadir pendengar lainnya seperti pak Aziz Taba dan istrinya Sophia Aziz Taba, Alwi Hasan dan M. Yahya  yang katanya sudah sejam menunggu di lobby hotel. 10 menit kemudian Abdul Waris dating tergesa-gesa.

Dalam kesempatan itu diadakan bincang-bincang santai, dan tidak disangka kemudian pendengar di daulat untuk 'bersandiwara' menjadi reporter Ranesi. Wawancara ini seabagai bahan siaran untuk Ranesi dalam acara khusus "Dari Anda Untuk Anda". Rekan Yahya Arafat mewawancarai Pak Aziz Taba dan istri serta Alwi. Kemudian bergantian Alwi yang mewawancarai Abdul Waris dan Yahya. Daeng Langkara mewawancarai pak Aziz Taba secara khusus untuk menggali pengalaman beliau sebagai guru dan sebagai pendengar rln.
Fhoto kiriman Abdul Waris : Duduk : pak Aziz Taba dan Istri, berdiri : Alwi Hasan, Abdul Waris, Bung Asbari, Ida Latif dan Hasanudin Latif. Photo kedua kiriman dari Audah Mannan, ketika Bung Asbari berkunjung ke kediamannya. Duduk : Pak Aziz Taba dan istri. Berdiri : Idah Mannan, Bung Asbari dan istri, Udiy Mannan.
Yang pasti, walaupun saat itu Bung Asbari sedang terganggu kesehatnnya, tetapi jumpa malam itu yang diakhiri dengan bagi-bagi souvenir sangat berkesan dan kepengen lagi tuh.

Masingara Klub
Sesungguhnya Makassar adalah gudangnya para pendengar dan pecinta siaran rln setelah Jakarta. Maka tak heran, kelompok pendengar tumbuh disana bagaikan mata rantai yang terus tersambung dari generasi ke generasi. Pendengar-pendengar lama tetap proaktif dan pendengar barupun tidak kurang antusiasnya dalam menggeluti hobi langka ini.
Klub pendengar dimulai pada era Radio Listener Club Koordinator Ujung Pandang. Ketika itu ramai dxers aktif menyelanggarakan temu pendengar, anjangsana dan mengumpulkan bantuan sosial. Ketika RLC memudar, muncul Masingara yang menggebrak menggebu-gebu, walaupun akhirnya sangat disayangkan klub ini tidak berumur lama. Seiring dengan kesibukan pengurusnya satu persatu, maka Langkara hanyalah tinggal nama. Hilang Langkara, tumbuh Masingara Klub (Media Komunikasi dan Informasi Antar Pendengar Radio) yang dicetuskan oleh pendengar setia, Akbar Wahab.
Masingara Klub didirikan pada tanggal 16 Desember 1997 (dua tahun lebih muda dari MAPEM Club) dengan susunan pengurus sebagai berikut :
Pemimpin Redaksi/Ketua          : Akbar Wahab
Wakil Pemimpin Redaksi          : Amirudin, SE
Sekretaris                                 : Husriani Ahmad
Bendahara                                : Mensi
Publikasi/Distribusi                    : Sumarlin, Ali Wardhana, Sadli dan Muliati.
Sejak Januari 1998, Masingara Klub menerbitkan bulletin bernama "Buletin Masingara" dua bulanan, 16 halaman, dan sudah memiliki cukup banyak anggota. Berbekal pengalaman ketuanya yang sudah lama aktif sebagai pendengar rln (terpilih sebagai monitor resmi di beberapa rln), Masingara Klub maju dengan pesatnya.
Nama Akbar Wahab sudah begitu akrab di semua stasiun rln seksi bahasa Indonesia, dan aktif juga memantau siaran dalam bahasa Inggris. Salah satu pengalaman yang cukup berkesan ditulisnya melalui Bulletin Suara Langkara edisi Nopember 1996 (Sebelum beliau mendirikan Masingara Klub).
Hari Kamis 6 Juni 1996 merupakan hari yang sangat menggembirakan dan berkesan bagi saya. Saya sebagai pendengar radio gelombang pendek terutama RASI sangat terkesan dengan kedatangan tamu dari Australia, yaitu Bung Tony W. Watupongoh, seorang penyiar senior RASI yang berasal dari Makassar. Kehadiran beliau sudah sangat dinanti-nantikan banyak pendengar baik diudara maupun untuk temu darat.
Bung Tony, sapaan akrab beliau, atau lebih dikenal dengan julukan "Mr Quiz" dating alngsung ke Rumah (RSS) saya dengan tanpa saya duga sebelumnya. Dengan langkah persis bule, beliau yang mengenakan stelan kaos biru RASI, tentengan tas biru dan kamera di tangan kanan, beliau pertama-tama bertemu dengan bapak saya yang kebetulan sedang duduk-duduk di depan rumah. Saya kaget ketika ayah saya tiba-tiba memanggil, "Akbar….akbar, ini ada tamu bule dari Australia", kata ayah saya. Kontan saja saya keluar dan betapa senangnya saya, ternyata yang dating kerumah saya adalah penyiar yang saya nanti-nantikan yaitu  Mr. Tony Watupongoh. Ternyata hadiah yang dijanjikan kepada saya, diserahkan langsung oleh tangan beliau, wah sungguh luar biasa.
Usai menyerahkan hadiah, kami foto bersama dan berakraban satu dengan lainnya beberapa saat, sebelum beliau berpamitan. Ingin rasanya kami berlama-lama ngobrol, namun waktu Mr. Quiz yang membatasi, maklum penyiar setenar beliau senantiasa dikejar waktu.
Namun lagi-lagi sangat disayangkan, klub inipun mengalami kendala dalam memasuki usianya yang ketiga. Buletin yang terakhir saya terima adalah edisi April-Mei 2000, dan stelah itu Masingara lambat laun tak terdengar lagi kiprahnya. Terakhir kami mendengar informasi dari rekan pendengar pada akhir tahun 2008 di Makassar bahwa pendirinya, Sdr. Akbar Wahab sudah lama meninggal dunia. Klub DX memang benar-benar kehilangan salah seorang pecintanya.

0 komentar:

Tentang Blog Ini

Salah satu dari dua blog MAPEM Club (Klub Pendengar Radio dan Sahabat Online Indonesia)
http://mapem-atensi.blogspot.com
http://mapem-club.org

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Wild Birds by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP